Di sini, saya akan merefleksikan kuliah
pertama ethnomathematics pada hari Rabu tanggal 10 Februari 2016. Kelas kami
terdiri dari 11 orang mahasiswa dan 1 dosen yang unik dan menyenangkan bernama
Bapak Marsigit. Namun, 1 mahasiswa tidar hadir karena sakit. Ethnomathematics
atau dalam bahasa indonesia etnomatematika merupakan mata kuliah pilihan yang
baru beberapa tahun belakangan ini muncul.
Etnomatematika termasuk ranah dunia
inovatif. Etnomatematika mempunyai objek dan metode berbeda. Sebenarnya,
etnomatematika merupakan pola pikir yang dimiliki oleh seseorang. Domain
etnomatematika adalah research, colaborative, global perspektif, dan lain-lain.
Budaya merupakan bahan etnomatematika dan bacaan yang inovatif merupakan
referensi etnomatematika. Ladang untuk etnomatematika di Indonesia belum begitu
subur. Etnomatematika di Indonesia hanya menjadi hiasan dinding saja.
Pengembangan etnomatematika berorientasi
pada siswa yang artinya sesuai dengan kebutuhan siswa. Jika hanya mengajar
secara tradisional (metode ceramah) tidak memerlukan etnomatematika. Semua
orang dapat melakukan proses pembelajaran dengan cara tradisonal tanpa
etnomatetika.
Etnomatematika juga merupakan
pengembangan media melalui budaya. Budaya yang ada di sekitar kita dapat
dijadikan sebagai media pembelajaran.
Theresia Noon merupakan pelopor
etnomatematika dunia yang berasal dari Brazil. Theresia Noon mengembangkan suatu
riset yang bernama "Street Mathematics". Dia menemukan bahwa di
Brazil, pedangan asongan lebih cepat menghitung daripada orang yang berilmu
tinggi. Dia membuat buku yang mengungkap mengapa pedangan asongan lebih cepat
menghitung.
Referensi etnomatematika dapat ditemukan
pada laman uny.academia.edu/MarsigitHrd
Demikian refleksi kuliah etnomatematika
yang pertama. Suasana yang menyenangkan dan menarik untuk menggali pengetahuan
dan menjadikan hari ini sebagai pengantar etnomatematika. Sekian dan terimakasih
^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar