Etnomatematika berkembang dengan
pesatnya di sunia pendidikan tak terkecualu dalam dunia pendidikan matematika.
Matematika sudah mulai dikembangkan dengan berbagai macam stategi pembelajaran
matematika melalui etnomatematika. Terdapat dua cara untuk dapat meningkatakan
etnomatematika, yaitu
a.
secara intensif dan
b.
secara ekstensif
Budaya, cara berpakaian merupakan
budaya. Budaya merupakan tatacara atau lebih dikenal dengan beradab. Orang yang
berbudaya adalag orang beradab. Kekuasaan merupakan salah satu contoh perkembangan
peradaban. Etnomatematika itu sendiri mencari sisa-sisa pusat peradaban
(sisa-sisa budaya), contohnya candi Dieng dan lain-lain.
Sifat manusia yang paling berbahaya
adalah sifat eksploitatif. Manusia di sekitar candi mempunyai sifat
eksploitatif yaitu mengeksploitasi atau menguras daerah sekitar candi. Misalnya
Ambarwati yang mengeksploitasi hutan sehingga hutan menjadi gundul, tidak
adanya air, dan akhirnya tidak ada daya dukung untuk daerah sekitar.
Kita juga harus berhati-hati karena
dalam etnomatematika sifat eksploitasi sangat kental. Manusia modern juga
merupakan manusia yang eksploitatif. Meskipun daya dukung kurang memenuhi,
tetapi teknologi terus berkembang maka manusia modern dapat terus hidup.
Alternatif teknologi sangat membantu manusia pada zaman modern ini.
Etnomatematika
adalah dunia inovasi pendidikan, selanjutnya dikembangkan oleh posisi guru.
Terdapat tiga posisi guru yaitu sebagai pelaksanaan, partisipasi dan
pengembang. Bila guru hanya merupakan pelaksana guru tidak inovatif seperti saat
membuat RPP hanya copy paste yang tidak bermanfaat. Saat menjadikan
ujian nasional sebagai prioritas utama maka semua pelajaran hanya dilaksanakan
agar siswanya lulus Ujian Nasional.
Agar
etnomatematika mendapat kedudukan seorang guru harus menjadi pengembang. Guru
pengembang merupakan guru peneliti atau researcher yang cocok dengan
etnomatematika. Seorang mahasiswa menjadi seorang peneliti yaitu dengan
memposisikan diri menjadi researcher dengan mengembangkan basis kata dengan
hard file. Ada dua tahap menjadi researcher yaitu dengan pengalaman dan bacaan
seperti dengan membaca web blog Pak Marsigit untuk mencerdaskan. Sedangkan
posisi etnomatematika sebagai inovasi pembelajaran syaratnya guru harus
inovatif dan guru menjadi researcher dengan pengalaman dan membaca yang
berdasarkan pengembangan basis nyata. Diharapkan juga guru membuat karya ilmiah
bagaikan air yang meleber dari gelas yang berisi ilmu. Agar dapat membuat karya
ilmiah bagus harus memposisiskan diri sebagai researcher. Jadi etnomaematika
merupakan jendela atau lahannya untuk menjadi researcher dengan
menggunakan metode kualitatif.
Melalui
etnomatematika dapat membuka cakrawala pemikiran yang terkait dengan banyak hal
seperti realistik matematika yang dapat menjadi kan motivasi sebagai researcher.
Sehingga bila setiap guru di Indonesia ingin mengembangkan diri, siswa, bangsa
dan negara harus memiliki niat dan menjalankan niat tersebut untuk menjadi researcher.
Sumber:
Ratnasari, Gamarina. 2013. Guru Sebagai Researcher untuk
Pendidikan Indonesia Kini dan Nanti. online. 1
Maret 2015.